Sunday 22 August 2010

Regulasi Emosi pada anak usia 10-12 tahun

PEMBAHASAN

II.    EMOSI
    II.1     Pengertian

   Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
    Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya. Emosi diwakili oleh perilaku yang mewakili (mengekspresikan) kenyamanan atau ketidaknyamanan dari keadaan atau interaksi yang sedang dia alami. 
    Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
    Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia (Prawitasari,1995).
    Emosi perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatau interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well-being dirinya (Campos, 2004: Saarni dkk,. 2006).
   Emosi diwakili oleh perilaku yang memiliki (mengekspresikan) kenyamanan atau ketidaknyamanan dari keadaan atau interaksi yang sedang dia alami. Emosi bisa juga merupakan sesuatu yang samar-samar, seperti perasaan tidak nyaman ketika kita berada pada situasi baru, atau perasaan yang dimilki oleh seorang ibu ketika menggendong anaknya.
   Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi. Emosi dipengaruhi oleh dasar biologis dan juga pengalaman masa lalu. Charles Drawin (1872-1965) dalam bukunya yang berjudul “The Expression of Emotion in Man and Animals”, menyebutkan bahwa ekspresi wajah manusia merupakan sesuatu yang bersifat bawaan dan bukan hasil dari pembelajaran. Ekpresi ini bersifat universal dalam berbagai budaya di seluruh dunia, dan merupakan hasil evoluasi emosi pada binatang. Meskipun begitu, faktor biologis ini hanya merupakan bagian dari emosi. Sebagai contoh, seorang memiliki peran besar dalam pengaturan neurobiologis emosi pada bayi (Thompson, Easterbrooks, & Walker, 2003). Dengan menenangkan bayi yang menangis atau gelisah, seorang pengasuh membantu bayi mengatur emosinya dan menurunkan tingkat hormon stressnya (Gunnar, 2000:Gunnar & Davis, 2003).
    Emosi dipengaruhi oleh dasar biologis dan juga pengalaman masa lalu. (Menurut Charles Darwin 1872-1965) dalam bukunya yang berjudul “The Expression of Emotion in Man and Animals” menyebutkan bahwa ekspresi wajah manusia merupakan sesuatu yang bersifat bawaan dan bukan hasil pembelajaran. Secara biologis membuat manusia menjadi makhluk yang emosional, tetapi keterikatan terhadap budaya tertentu dan juga hubungan dengan oranglain menyesiakan pengalaman emosional yang bervariasi pada manusia (Saarni, 1999-2000).
    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

II.2    Macam-macam Emosi

    Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), Hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : Fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).  Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu:


a. Amarah        : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan    : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi   diri,   putus asa
c. Rasa takut    : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan    : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta            : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih
f. Terkejut        : terkesiap, terkejut
g. Jengkel        : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu        : malu hati, kesal

     Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
      Para psikolog mengklasifikasikan rentang emosi dengan berbagai macam klasifikasi, tetapi biasanya semua klasifikasi ini melihat emosi sebagai sesuatu yang positif dan negatif. Contoh emosi negatif adalah cemas, marah, rasa bersalah, dan rasa sedih. Contoh emosi positif  adalah antusiasme, rasa senang, dan cinta.
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
      Ekspresi emosi memiiki pere\an yang sangat penting dalam menunjukan kepada oranglain apa yang dirasakan seseorang, mengatur perilaku seseorang, dan sebagai poros dalam hubungan social. Awal mula ikatan emosional antara orangtua dan bayinya adalah pertukaran afeksi, seperti ketika bayi menagis dan kemudian pengasuhnya merespon.
     Tujuan-tujuan yang ingin dicapai anak-anak berbeda dari orang dewasa, demikian juga dengan emosi yang mereka rasakan kehidupan emosional anak-anakberkembang seiring dengan pertambahan usia, indicator yang dapat menunjukan perkembangan emosi adalah pengaturan emosi (emotional regulation) dan kompetensi emosi (emotional competent)   

Regulasi Emosi
      It is the ability which allows you to intelligently integrate the data of emotions in your self and in others in order to devise effective strategies that help you achieve positive outcomes, yang artinya adalah kemampuan individu dalam memadukan data-data mengenai emosi yang dirasakan oleh diri sendiri maupun orang lain untuk menentukan tingkah laku yang paling efektif yang akan ditampilkan pada saat berinteraksi dengan orang lain.
     Emotional intelligence adalah pengaturan emosi yang menitikberatkan pada kemampuan individu dalam meregulasi emosi yang dirasakan. Kemampuan untuk mengontrol emosi adalah dimensi penting dari perkembangan emosi.
     Pengaturan emosi (emotional regulation) terdiri dari kemampuan untuk mengatur rangsangan (arousal) dalam rangka beradaptasi dan meraih suatu tujuan secara efektif. Rangsangan terdiri dari keadaan siaga (state of alertness) atau aktivasi, yang dapat saja mencapai level yang terlalu tinggi, contohnya adalah kemarahan, sehingga tidak dapat berfungsi dengan efektif. Emosi ini harus kita atur.
      Individu diharapkan terbuka dan memiliki toleransi pada reaksi emosi yang timbul, baik reaksi emosi yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat menjadi pembelajaran untuk dapat melakukan regulasi emosi ketika merasakan sensasi emosi yang sama dalam suatu situasi tertentu. Dalam pertumbuhannya, orang tua mengajarkan anak untuk tidak mengekspresikan perasaan tertentu, misalnya mengajarkan anak untuk tetap dapat tersenyum di depan umum ketika ia merasa sedih, mengajarkan anak untuk pergi ke kamar ketika merasa marah. Anak akan menginternalisasikan pembagian antara perasaan dan tindakan. Anak mulai belajar bahwa emosi dapat dipisahkan dari tingkah laku. Orang tua juga mulai untuk mengajarkan anak mengenai strategi yang dapat digunakan untuk mengontrol suatu reaksi emosi (misalnya dengan meminta anak untuk menghitung sampai 10 ketika merasa marah). Hal ini akan membantu individu untuk dapat menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan meskipun ia merasakan sensasi emosi yang tidak menyenangkan.
       Semakin matang, individu akan semakin mampu untuk meregulasi emosi yang dirasakan. Ia mulai dapat memilah seberapa besar atensi yang harus ia berikan pada mood tertentu yang ia rasakan dan ia mengetahui dengan jelas bagaimana mood tersebut mempengaruhi dirinya dalam berinteraksi di lingkungan sosial. Regulasi tetap menjadi perhatian meskipun individu mencoba nutuk meningkatkan mood yang buruk, meminimalisir mood yang baik, atau mencoba untuk tidak merasakan mood itu sama sekali. Dengan demikian, pengaturan emosi individu dikatakan optimal bila ia mampu untuk mengatur dan memahami emosi yang dirasakan tanpa perlu membesar-besarkan atau meminimalisir kepentingannya.
    Survei terhadap orangtua dan guru-guru memperlihatkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang, lebih banyak mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya : lebih kesepian dan pemurung, lebih berangasan dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif.  Kemerosotan emosi tampak dalam  semakin parahnya masalah spesifik berikut :
  • Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial; lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, terlampau bergantung.
  • Cemas dan depresi, menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih dan depresi.
  • Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berpikir; tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa bepikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang.
  • Nakal atau agresif; bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok , bertemperamen panas.
Beberapa trend yang berhubungan dengan pengaturan emosi selama masa kanak-kanak adalah (eisenberg,1998,2001) :
  •  Berasal dari sumberdaya eksternal ke internal. Bayi sepenuhnya bergantung dari sumber daya ekternal-orangtua untuk pengaturan emosinya. Ketika anak bertambah usia, mereka mulai melakukan pengaturan mandiri atau self regulation terhadap emosi mereka
  • Strategi kognitif. Strategi kognitif untuk pengaturan emosi, “seperti berpikir positif tentang suatu situasi, penghindaran kognitif (cognitive avoidance) dan pengalihan atau pemfokusan atensi, yang berkembang seiring pertambahan usia.
  • Rangsangan emosi atau emosi arousal. Seiring dengan kedewasaan, seorang anak akan dapat mengontrol rangdangan emosinya, misanya mengontrol rasa marah.
  • Memilih dan mengatur kontek dan hubungan.
  • Seiring dengan bertambahnya usia, anak akan dapat memilih dan dapat mengatur situasi dan hubungan social sehingga mengurangi emosi negative
  • Coping terhadap stress. Dengan bertambahnya usia, anak-anak akan lebih mampu untuk mengembangkan stategi coping stress yang lebih baik
  • Kompetensi emosi yang bertitik berat pada pengalaman emosional Carolyn saarni (1999; Saarni dkk, 2006) menyatakan bahwa untuk bias dikatakan kompeten secara emosional, seseorang harus mengembangkan beberapa keterampilan yang berhubungan dengan konteks social, yaitu :



KETERAMPILANCONTOH
 ·    Pemahaman tentang keadaan emosi yang dialami
·    Mendeteksi orang lain

·    Menggunakan kosakata yang berhubungan dengan emosi dengan tepat dengan konteks social dan budaya tertentu
·    Sensitivitas dan simpatik tehadap pengalaman emosional oranglain
·     memahami bahwa keadaan emosional didalam tidak harus selalu berhubungan dengan ekspresi yang tampak diluar

·    Coping adaptive terhadap emosi negative dengan menggunakan strategi self-regulatori yang dapat mengurangi durasi dari intensitas dari emosi tersebut
·    Menyadari bahwa ekspresi emosi memiliki perenan yang penting dalam hubungan interpersonal


·    Memandang bahwa emosi diri adalah cara seseorang mengatur emosinya    ·    Dapat membedakan apakah dia sedang sedih atau gelisah
·    Paham bahwa oranglain sedang sedih alih-alih takut
·    Dapat menggambarkan situasi social dengan tepat dalam budaya tertentu ketika mengalami kesusahan
·    Dapat bersikap sensitive terhadap oranglain yang merasakan emosi negative
·    Menyadarai bahwa emosi seseorang yang merasa marah bias mengatur ekspresi emosinya sehingga kelihatan lebih netral

·    Mengurangi kemarahan dengan menghindari situasi yang mengganggu dan melibatkan diri pada aktivitas yang dapat membuat diri kita bias melepaskan pikiran terhadap situasi menggangu tersebut
·    Mengetahui bahwa terlalu sering mengekspresikan kemarahan kepada seorang teman dapat mengganggu hubungan peremanan tersebut
·    Individu ingin merasa bahwa dia bias dan mampu melakukan coping secara efektif secara efektif terhadap stress    
·    Dapat membedakan apakah dia sedang sedih atau gelisah
·    Paham bahwa oranglain sedang sedih alih-alih takut
·    Dapat menggambarkan situasi social dengan tepat dalam budaya tertentu ketika mengalami kesusahan
·    Dapat bersikap sensitive terhadap oranglain yang merasakan emosi negative
·    Menyadarai bahwa emosi seseorang yang merasa marah bias mengatur ekspresi emosinya sehingga kelihatan lebih netral

·    Mengurangi kemarahan dengan menghindari situasi yang mengganggu dan melibatkan diri pada aktivitas yang dapat membuat diri kita bias melepaskan pikiran terhadap situasi menggangu tersebut
·    Mengetahui bahwa terlalu sering mengekspresikan kemarahan kepada seorang teman dapat mengganggu hubungan peremanan tersebut
·    Individu ingin merasa bahwa dia bias dan mampu melakukan coping secara efektif secara efektif terhadap stress

 
II. 3 Peran Orangtua dalam Regulasi Emosi Anak
Orangtua adalah pihak yang dapat membantu anak-anak mengatur emosi mereka (Thompson, 2006). Dari cara mereka berbicara dengan anak-anak mereka mengenai emosi, pendekatan orang tua dapat dibagi 2 (dua) yaitu :
a.    Emotion Coaching (pelatihan emosi) : Orang tua akan mengatur anak mereka melihat emosi negatif yang dialami anak sebagai kesempatan untuk mengajar anak tersebut, membantu memberi lebel terhadap emosi tersebut dan melatih anak behadapan dengan emosi tersebut secara efektif.
b.    Emotional dimissing (penghianagn emosi) (Katz, 1999) : orang tua akan menolak, mengabaikan, atau mengubah emosi negatif. (Gotthman & DeCaire, 1997)

II. 4 Keterkaitan dengan Perkembangan Anak pada Masa Akhir

    Di Barat, ekspresi emosi positif orangtua umumnya dinyatakan berhubungan dengan kemampuan sosialisasi yang positif dari anak, sedangkan emosi negatif orangtua berkaitan dengan sosialisasi yang negatif.
    Sementara itu, hampir semua penelitian menyatakan bahwa sikap, pengasuhan dan kondisi orangtua, secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan pengendalian emosi anak. Namun tentang bagaimana proses terjadinya pengaruh itu, ada berbagai temuan penelitian. Eisenberg, dkk. (2001), misalnya menemukan bahwa perilaku emosional orangtua berpengaruh pada perilaku pengendalian dan pernyataan diri anak. Tetapi sebaliknya tidak terbukti bahwa perilaku anak menyebabkan atau berpengaruh pada gaya asuh orangtua.
    Ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam kontrol diri itu. Pengasuhan ibu, merupakan faktor yang menentukan kontrol diri anak. Demikian juga perasaan ibu terhadap keharmonisan keluarga dapat berhubungan dengan kemampuan kontrol diri anak. Sedangkan hubungan anak-orangtua semata (secara umum) bukan merupakan penentu terhadap kontrol diri anak.(Yin, Chen & Zang, 2004).
    Perlakuan yang tidak baik pengaruh peran orangtua terhadap kendali emosi anak secara lebih khusus tampil pada perlakuan yang tidak baik atau seman-mena dari pihak orangtua terhadap anak. Anak-anak yang diperlakukan tidak baik (maltreated) lebih menunjukkan perilaku sulit menyesuaikan diri (maladaptive) dari pada yang anak-anak yang diperlakukan dengan baik. Perilaku maladaptive yang dimaksud adalah ketidakmampuan mengendalikan amarah dan menolak berteman, sedangkan perilaku yang adaptive adalah perilaku pro-sosial dan suka berteman. Jadi perlakuan orangtua pada anak, berpengaruh pada perilaku adaptasi anak ( Shields, dkk, 2001).
     Di Cina, penelitian terhadap 325 sample anak, menunjukkan bahwa perlakuan kasar dari orangtua berpengaruh langsung atau tidak langsung pada pengendalian emosi anak dan pada gilirannya mempengaruhi agresivitas anak di sekolah. Perlakuan kasar dari ibu lebih mempengaruhi pengendalian emosi anak, sedangkan perlakuan kasar ayah lebih mempengaruhi agresivitas anak. Perlakuan kasar ayah juga lebih mempengaruhi anak laki-laki dari pada anak perempuan (Chang, 2003)
      Dari pengalaman klinik pun seringkali terbukti bahwa tanpa disadari, keluhan-keluhan orangtua tentang anaknya (pemarah, agresif terhadap pembantu, kata-kata kasar dsb.) justru bersumber pada perilaku orangtua terhadap anak sendiri. Dengan perkataan lain, anak menjadi kasar karena dia dikasari oleh orangtuanya, padahal orangtua tidak merasa kasar pada anaknya. Dengan demikian, orangtua memperlakukan anak secara tidak semestinya, adalah di luar kesadaran atau pemahaman mereka sendiri.

Berikut ini adalah beberapa perubahan yang penting dalam perkembangan emosi pada measa kanak-kanak madya dan akhir. (Kuebli, 1994; Wintre & Vallance, 1994).
  • Penigkatan kemampuan untuk memahami emosi kompleks, misalnya kebanggaan dan rasa malu (Kuebli, 1994). Emosi-emosi ini menjadi lebih terinternalisasi (self-generated) dan terintegrasi dan tanggung jawab personal
  • Peningkatan pemahaman bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu emosi dalam siyuasi tertentu
  • Peningkatan kecenderungan untuk lebih mempertimbangkan kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi tertentu.
  • Peningkatan kemampuan untuk menekan dan menutupi reaksi emosional yang negatif
  • Penggunaan strategi personal untuk mengalihkan perasaan tertentu, seperti mengalihkan atensi atau pikiran ketika mengalami emosi tertantu




KESIMPULAN

     Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
     Regulasi emosi adalah kemampuan individu dalam memadukan data-data mengenai emosi yang dirasakan oleh diri sendiri maupun orang lain untuk menentukan tingkah laku yang paling efektif yang akan ditampilkan pada saat berinteraksi dengan orang lain.
    Hal yang ditunjukkan sebagai emosi dari orang tua ternyata dapat ikut berpengaruh pula pada perkembangan anak pada masa akhir anak-anak.  Dimana pengasuhan dan kondisi orangtua, secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan pengendalian emosi anak.

DAFTAR PUSTAKA

http://sarlito.hyperphp.com
Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Santrock, John W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Santrock, John W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima Jilid II. Jakarta : Erlangga.

3 comments:

  1. wah bener juga tuh, hehe bagus gan bisa buat tugas kuliah :D

    Fakta Penting Mengenai Anak Kedua

    ReplyDelete
  2. Terima kasih sudah berbagi ilmu.

    ReplyDelete
  3. NAGAQQ | AGEN BANDARQ | BANDARQ ONLINE | ADUQ ONLINE | DOMINOQQ TERBAIK

    Yang Merupakan Agen Bandarq, Domino 99, Dan Bandar Poker Online Terpercaya di asia hadir untuk anda semua dengan permainan permainan menarik dan bonus menarik untuk anda semua

    Bonus yang diberikan NagaQQ :
    * Bonus rollingan 0.5%,setiap senin di bagikannya
    * Bonus Refferal 10% + 10%,seumur hidup
    * Bonus Jackpot, yang dapat anda dapatkan dengan mudah
    * Minimal Depo 15.000
    * Minimal WD 20.000

    Memegang Gelar atau title sebagai AGEN BANDARQ Terbaik di masanya

    Games Yang di Hadirkan NagaQQ :
    * Poker Online
    * BandarQ
    * Domino99
    * Bandar Poker
    * Bandar66
    * Sakong
    * Capsa Susun
    * AduQ
    * Perang Bacarrat (New Game)


    Info Lebih lanjut Kunjungi :
    Website : NAGAQQ
    Facebook : Facebook
    WHATSAPP : +855962012702
    Line : Cs_nagaQQ
    TELEGRAM :+855967014811

    BACA JUGA BLOGSPORT KAMI YANG LAIN:
    agen bandarq terbaik
    Winner NagaQQ
    Daftar NagaQQ

    ReplyDelete

Silahkan